Akhir pekan kali ini benar-benar sangat ku
inginkan, bayangkan saja hari-hari kami dihabiskan didepan laptop seharian dari
pagi sampai maghrib dan bisa jadi lebih dari itu. Ya, berkesempatan untuk
magang kerja disebuah perusahaan
konsultan di Jakarta membuat kesan tersendiri bagiku. Bersama dua orang teman
yang mengambil resiko, bukan resiko sebenarnya tapi tantangan untuk mengambil
kesempatan magang ini memberikan banyak pelajaran bagiku khususnya.
Kami sempat berdiskusi
untuk agenda akhir pekan kami di Jakarta, karna ini adalah moment untuk sedikit
merefreshkan pikiran dan yang pasti
sangat kami tunggu. Berbagai usulan agenda kami tawarkan. Dari pergi ketempat
saudara temen di Lebak Bulus, pergi ketempat salah satu dari kami di Karawang,
sekedar jalan-jalan mengelilingi Jakarta, ataupun bersantai di rumah. Hanya
berbincang rencana saja kami begitu antusias. Dan pada akhirnya saya memilih
untuk pergi ke Karawang, untuk bersilaturrahmi, menikmati perjalanan
Jakarta-karawang ataupun sekedar keinginan untuk mendengar orang-orang sunda
berbicara bahasanya di tanah mereka yaitu Jawa Barat.
“he, mau denger orang ngomong pake bahasa sunda ditempatku ?? “ katanya“hehe iya” jawabku enteng“hahahahhhahaha” sambungnya
Kami berangkat dari
mampang prapatan dan mengambil jalur angkot menuju terminal kampung rambutan di
Jakarta Timur, pengennya sih naik taksi ataupun media transportasi nyaman, tapi
kantong kami kantong mahasiswa, angkot pun jadi karna memang tetap kami nikmati
perjalanan kami. Matahari belumlah meninggi, memang masih pagi untuk melakukan
perjalanan, kami berdua pergi ke Karawang dan satu teman lagi pergi sendiri ke
Lebak Bulus.
Sampai lah kami di terminal
kampong rambutan, ramai sudah orang berlalu-lalang, Jakarta memang kota padat,
dari angkot yang sering ngerem mendadak karna macet, sering belak-belok semi
ugal-ugalan karna berburu cepat sedangkan jalannya sempit dan merayap hingga
sopir yang sering ngomel-ngomel sendiri dan gak kalah kernek pun juga
ikut-ikutan, weleh makin membuat saya sedikit mengerutkan kening, apalagi bunyi
“grak-grek” sungguh gak terlupakan.
Segera kami menuju bus jurusan
Karawang, dan Agra Mas adalah bus yang kami pilih untuk menuju karawang. Seperti
biasanya ada sensasi tersendiri ketika naik bus dengan dijumpai penjual dan
pengamen, akan tertarik membeli ketika dibutuhkan dan menolak yang dirasa tidak
terlalu membutuhkan. Begitu juga pengamen, ketika menarik tak segan untuk
merogoh kantong, yang lainnya ? cukup senyuman saja. Bus melaju dan ini pertama
kalinya saya menuju Karawang tempat teman saya, sangat saya nikmati perjalanan
itu, sekedar memperhatikan suasana didalam bus ataupun menikmati pemandangan
diluar walaupun suasana kota yang dirasa.
Pengamen silih berganti
bahkan ada beberapa pengamen yang kreatif dengan lagunya, terbersit dalam hati “ya,
begitulah cara mereka mencari rizki, butuh kreatif juga untuk menarik perhatian
penumpang”. Perjalanan sudah separuh perjalanan, pengamen, penjual silih
perganti, dan pada akhirnya 1 hal yang membuat kami tersentak. Seorang anak
lelaki berucap salam dan ada yang berbeda dengan ini, bukan menyanyi seperti
halnya pengamen sebelumnya, bukan pula berjualan dengan layaknya sales, bukan
juga memainkan musik, tapi sungguh ini yang membuat saya mrinding dan saling
menatap dengan teman saya, suaranya nyaring merdu bahkan indah. Lantunan Surat
Al-Waqiah juz 27 mengawali, #Hafalan. Suaranya nyaring keras, hening terasa dari
pada penumpang dan hanya suaranya saja yang ada, sesekali berhenti menarik
nafas dan kemudian dia meneruskannya dengan lancar. Satu surat berhasil
diselesaikannya, dan kemudian masih dia menambah surat lagi, kali ini surat
An-Nazi’at juz 30, sangat lancar walaupun terengah-engah rasanya, tapi
terdengar sama nyaringnya dan jelas makhrojnya.
Selesai anak itu
membacanya, diambillah kopyan kecil dikepalanyaa dan mulailah dia berjalan dari
depan kebelakang, menyodorkan ke penumpang dan ditemani senyumnya, sampailah
ditempat duduk kami
“dek, kelas berapa e? ““kelas 5” jawabnya singkat dan ingin segera menuju ke penumpang lain,
Glek, kelas 5 SD ?
rasanya ketika banyak waktu bertanya-tanya padanya, maka saya akan bertanya,
dan mendengar ceritanya bagaimana episodenya. Tak bisa disebut pengamen atau
bahkan penjual suara. Sangat membuat miris, potensinya dan keluguannya tertukarkan
dengan kebutuhan hidup, dan saya rasa banyak nasib yang serupa dari anak-anak
Nusantara ini dan yang pasti mereka dituntut untuk bekerja mencari nafkah, masa
anak-anak mereka terenggut yang notabene masa anak-anak adalah masanya bermain,
belajar dan semua itu pudar begitu saja.
Sesampainya di Karawang,
anak itu masih saja terpikirkan dalam ingatan, kalaulah boleh member semangat
padanya akan terlontar
Semangat dek, Pertahankan hafalannya, moga Allah memberikan terbaik selalu untukmu. :D, Tell the World dek, That You Never Give Up to face it. ~^o^~
0 komentar:
Posting Komentar