1.
Jika ada pertanyaan apakah budaya mempengaruhi karakter bangsa?
Maka
jawabannya adalah ya, berpengaruh. Budaya tidak akan terlepas dari suatu bangsa
dan jika di break down kan, maka budaya sangat mempengaruhi karakter yang ada
dalam bangsa. Dalam Wikipedia Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah,
yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai
hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa
Inggris,
kebudayaan disebut culture,
yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai
mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai
"kultur" dalam bahasa Indonesia.
Budaya sangat
berkaitan dengan tingkah laku orang-orang yang ada pada suatu kelompok. Budaya
tercipta dari akal manusia disuatu wilayah dan berkembang menjadi kebiasaan.
Secara langsung maupun tidak langsung seperti adat-istiadat, bahasa, bahkan
cara berpakaian seseorang dipengaruhi oleh budaya. Contohnya di Indonesia yang
memiliki keragaman budaya disetiap Wilayah, pasti memiliki adat-istiadat dan
watak orang yang berbeda-beda. Identitas suatu bangsa digambarkan dengan pola
kebiasaan, pola pikir yang ada pada rakyatnya.
Sedangkan
Karakter bangsa dipengaruhi oleh kebiasaan orang yang tinggal disuatu bangsa
tersebut, moral, etika, pendidikan, pemerintahan, ekonomi dan lain-lain. Secara
otomatis kebudayaan yang berkembang disuatu Negara tersebut akan memberikan dampak terciptanya karakter bangsa.
Butuh adanya pendidikan karakter serta pendidikan watak yang akan membuat
karakter bangsa tercipta, dan budaya adalah salah satu penentu terciptanya
karakter tersebut. Dalam beberapa artikel yang saya baca menyatakan bahwa
budaya dan karakter bangsa atau cultural
and character building merupakan Komitmen Nasional yang telah lama tumbuh
dan berkembang di masyarakat.
Pendidikan baik berupa pendidikan budaya, pendidikan karakter
merupakan sesuatu yang harus dilandaskan pada setiap diri masyarakat, karena setiap individu akan peka dengan
nilai, karakter diri dan mampu menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan
dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warganegara yang religius, nasionalis, produktif dan
kreatif.
2.
Keanekaragaman budaya, Pluralitas apakah itu peluang atau kutukan?
Pluralitas,
jika dilihat definisinya sendiri adalah kemajemukan. Kita tahu bahwa Indoensia
memiliki kemajemukan atau keragaman baik itu agama, ras, bahasa, adat-istiadat,
inilah yang membuat Indonesia Istimewa, kenapa seperti itu ? dari sanalah
beragam kebudayaan tercipta, kreatifitas dan inovasi lahir. Dengan adanya
budaya yang akan melahirkan karakter bangsa, pluralis diakui sebagai hak
kreatifnya masyarakat. Ini merupakan peluang bagi bangsa, dengan adanya
pluralitas maka banyak kebudayaan tercipta, memang pada beberapa sisi
pluralitas menjadi ancaman bagi bangsa, banyaknya pertikaian, kekerasan antar
ras bahkan agama menjadi alibi ataupun bukti yang muncul ketika beberapa kasus
terjadi, akan tetapi jika ditinjau kembali, pertikaian dan kerusuhan yang
terjadi bukan hanya karna pluralitas yang ada saja, factor emosional menjadi
factor utama. Jika diidentifikasi sebagai pertikaian agama, setiap agama pasti
tidak mengajarkan hal tersebut.
Satu sisi
masyarakat menilai bahwa perbedaan bukanlah sesuatu yang perlu diperdebatkan
akan tetapi beberapa sisi lain menganggap itu adalah masalah. Jika dilihatnya
dari sisi positif, pluralitas yang berkembang di masyarakat memberikan
pelajaran kepada semua dari beberapa aspek. Begitu juga dengan keanekaragaman
budaya membuat bangsa ini semakin kaya akan perbedaan budaya. Semua akan
bernilai manfaat ketika dilihat dari perspeksi yang positif dan untuk
kemaslahatan :D.
3.
Jepang memiliki budaya yang kental dan dominan dan sangat cepat
untuk maju, berbeda dengan Indonesia, why ?
Terlepas dari
budaya jepang yang negative seperti pergaulan, ataupun budaya bunuh diri,
jepang memiliki karakter yang mampu membuatnya cepat maju. Seperti apakah itu ?
jepang tidak kenal dengan kata kemalasan, mereka tidak suka dengan warganya
yang tidak bekerja keras, karakter seperti inilah yang membuat jepang memiliki
mental kerja keras, selain itu, budaya malu merupakan budayanya orang-orang
jepang dari jaman nenek moyang mereka, dari beberapa film yang saya tonton dan
buku yang saya baca terkait dengan samurai, rasa malu ini diimplementasikan
dengan kebudayaan membunuh dirinya sendiri ketika gagal melakukan pekerjaan
atau tugas yang diembannya (*baca Amanah), walaupun sedikit sadis ini bisa
diartikan sebagai mati secara hormatnya para samurai. Para era sekarang, di
Jepang ketika seseorang gagal dalam menjalankan tugas pemerintahan, atau
terbukti korupsi mereka tak segan untuk “mengundurkan diri” walaupun ada
beberapa kasus berefek negative yaitu budaya yang sangat mudah untuk mengakhiri
hidup ketika seseorang merasa gagal dan depresi.
Nah yang
mungkin sulit di Indonesia adalah menjaga tradisi, masyarakat Indonesia lebih
mudah terbawa arus globalisasi dan kebudayaan asing dari pada melestarikan atau
memajukan kebudayaan lokal dengan lebih bijak dan arif. Sedangkan orang-orang
jepang sangat bangga dengan tradisi mereka. Adanya sikap yang selalu menjaga
tradisi seperti mudah untuk meminta maaf, menghargai orang lain dari sinilah
terbentuk toleransi yang besar dan secara otomatis terhindar dari
konflik-konflik baik ringan ataupun berat, secara emosi mampu menahan.
Jiwa mandiri
dan budaya membacaya orang jepang sangat besar, mungkin sedikit dengan
kebiasaan masyarakat Indonesia yang masih memiliki budaya baca dan kemandirian
yang kecil. Memang Jepang maju dalam beberapa aspek, sikap kerja kerasnya
sehingga membuat bangsa Jepang sangat cepat berkembang dalam Teknologinya,
sikap mandiri, budaya baca dan menjaga tradisi membuat masyarakat jepang
memiliki pengetahuan dan semangat yang besar dalam belajar dan beretika, akan
tetapi Indonesia pun sebenarnya mempunyai peluang yang besar untuk maju, hanya
saja perlu berbenah. Butuh penanaman karakter serta pekanya masyarakat dengan
permasalahan bangsanya.
No 3
terinspirasi dari http://fadlyatjo.wordpress.com/2008/05/24/resep-jitu-mengapa-orang-jepang-bisa-maju/
4.
Pemuda awam budaya, dimana letak peran keluarga?
Pemuda awam
budaya bisa diartikan sebagai pemuda yang kurang paham dengan budaya, jika saya
perspeksikan adalah pemuda yang terombang-ambing dan cenderung ikut-ikutan
dalam hal yang negative dan tak mengenal budaya ataupun karakter yang baik.
Lantas dimana letak keluarga? Memang keluarga memiliki peran yang sangat besar
dalam mendidik dan memberikan pelajaran karakter bagi anggota keluarga ataupun
bisa dibaca kepada anak, akan tetapi masih banyak anak-anak labil yang
cenderung tak mengenal budaya baik dan malah cenderung berbudaya yang tidak
sepantasnya. Kita tahu bahwa di Indoensia ini masih banyak keluarga ataupun
orang tua yang tidak mengenalkan pendidikan karakter kepada anaknya, beberapa
factor memang yang menjadi penyebab, rendahnya tingkat pendidikan, kemiskinan,
bekal orang tua dulu ketika ingin membentuk suatu keluarga belum cukup dan tak
jarang anak dihasilkan dari MBA (married
by Accident) secara langsung maupun tidak langsung anak akan ikut
terpengaruh dengan perkembangan karakter orang tuanya, broken home, ini merupakan
factor yang diperhitungkan juga. Sehingga akibatnya anak akan terganggu dalam
segi karakter komunikasi, karakter tingkah-laku, susahnya bergaul dan susanya
menghargai serta minim akan sopan-santun dan dari sinilah pemuda awam akan
budaya lahir.
Peran
keluarga tidak akan berefek ketika pemuda awam tersebut sudah tumbuh besar dan
sikapnya mengakar, pencegahan agar tidak seperti ini adalah pendidikan karakter
sedini mungkin dan masyarakat sekitar pun harus ikut berpartisipasi. Sehingga
butuh peran keluarga secara global dan besar
===~^0^~
~^o^~==
0 komentar:
Posting Komentar