Dreams are renewable. No matter what our age or condition, there are still untapped possibilities within us and new beauty waiting to be born.

-Dale Turner-

Minggu, 24 Oktober 2010

Sebuah Penilaian

Jadi teringat dengan pertemuan yang membuat sedikit “tuing2x” dengan seorang bapak-bapak yang pada saat itu dipertemukan karena mata kuliah praktikum, sehingga mau gak mau harus bisa mengorek informasi atau wawancara tentang system bisnis organisasi atau sebuah perusahaan. Sebenernya bisa sih ngambil HMTIF, tapi kok rasanya ada dorongan untuk cari yang lain. Dan setelah itu akhirnya dipertemukan juga dengan pemilik usaha tersebut. Walah rasanya pertama kali ngeliat dan merasakan bertatapan langsung, ni mau survey wawancara atau malah mau diwawancarai?. Yah, kesan pertama begitu antusias untuk segera mengorek informasinya, dahsyat sontak kita kaget+jadi malah “grogi”(perasaan gak ilang2x nek grogi ki) , bapaknya berhasil menurunkan ke PeDe-an Qta, sebenere diriku sih aman, dan pernah ketemu serta mengamati dengan bapak-bapak yang style like that =)), coba stay cool,,hahaha, tapi uniknya jadi pengen bener2 memperhatikan.
 Bukan apa-apa kawand, tapi jarang ketemu bapak2 yang baru ketemu langsung explore tentang dirinya tanpa basa-basi dari pembicaraan manajemen diri dengan sangat maxwuzz, sehingga bapak tersebut berhasil dengan usahanya sekarang, keluarga yang bisa dikatakan succest karena anaknya berbakat semua, dan para relasi yang bisa dikatakan jajaran tinggi, dan tak kalah spiritual diri yang good, dari meremehkan serta mempertanyakan mahasiswa sekarang yang skill kurang, mahasiswa islam dituntut cerdas, wajib mengusasai bahasa asing, dan satu lagi yang harus benar-benar di tata banget dengan bapaknya adalah EYD bahasa, subhanallah, kebiasaan ngomong ma temen-temen gak berlaku disini, must baku kalau enggak ”missal anda jadi mahasiswa S2 saya, tidak akan saya loloskan dengan bahasa seperti itu” waduhh gaswat dah,.,.,.,(bersyukur #ektesternal dari mahasiswa bapaknya)hehehe
Hemmppffggh,.,.,. sebernya masih ada sesi ke–dua atas pertemuan, but enough lah. Hanya sedikit berpikir tentang style orang. Pendapat pribadi nih, kita tahu seorang pengusaha dengan usaha yang sangat disiplin atas waktu, manajemen diri dan waktu tak perlu diragukan lagi untuk sekaliber pengusaha yang gedhe, yang di bicarakan adalah motivasi dirinya mengembangkan usahanya, bagaimana memanage dirinya, menentukan tujuan, target, visi, misi untuk mengembangkan dirinya, dan gak sedikit nih agak “gemes” kalau melihat orang yang menyia-nyiakan waktunya. Tapi sayangnya dari 2 sesi yang tak lewati tak sedikitpun bapaknya membahas organisasi, social, tapi secara garis besar ok, excellent dengan manajemennya, pelajaran pertama succest  semuanya #jelas.
Next sedikit membayangkan, selama ini ketika berbincang dengan seseorang yang aktif di lembaga social, organisasi kemasyarakatan, bisa di katakana semua untuk rakyat, semua untuk kesejahteraan masyarakat, yah semacam itu, rasanya sangat rendah hati, pantang untuk mengatakan “ini lho saya yang sudah membantu banyak orang, ini lho saya yang succest untuk mencoba menyejahterakan masyarakat, yang membantu beban Negara atas tanggungannya terhadap rakyat”, yah semacam itu. Berbeda kasus dengan pengusaha yang inilah kesuksesan, inilah kerja keras, inilah hasil yang akan dicapai if bla,.,bla,.,bla,., then ya,.,ya,.,ya. Tapi pada dasarnya semuanya pasti ada kerja keras, akan lebih good di tambah kerja ikhlas, dan sempurna kerja tuntas (sering denger jargonnya). Wajar ketika mereka seperti itu basic social mengalahkan keegoisan. Pelajaran kedua berhasil  kerja keras dan ikhlas serta tuntas.
Beda lagi ketika back ke class, maksudnya adalah di kuliah ketemu dosen. Seorang dosen dengan background bermacam-macam, dari yang disambi dengan usaha, organsiasi, dan banyak yang hanya mengajar saja, but ada satu yang sama dari bermacam-macam background tersebut yaitu menuntut untuk belajar, mau style apa aja dosen ya harus kudu belajar, study,.,.study,.,.study,. study oriented asal gak hanya score oriented saja . Background beliau-beliau adalah pendidikan, bahkan rasanya “gemes’ dengan tugas-tugas yang mereka berikan, tapi memang jelas sangat memberatkan untuk masalah belajar, pendidikan, kesuksesan atas pengetahuan dan lain sebagainya. Mereka para dosen, guru-guru bertanggung jawab dengan pendidikan para mahasiswa atau siswanya. Sangat jelas kesuksesan yang diminta adalah bab pengetahuan, pelajaran ketiga luas pengetahuan  Ya belajar.
Mahasiswa, yang bisa dikatan siswa yang paling tinggi derajatnya “dedengkot” siswa hahaha . Yang diwacanakan adalah seorang “agent perubahan”, “agent control social” dsb, memang tak ada yang bisa memungkiri bahwa kekuatan mahasiswa sangat jelas keberadaannya. Sejarah sudah mencatat bagaimana kebangkitan bangsa berasal dari para kaum muda, intelektual muda yang biasa melekat pada mahasiswa, bagaimana kemerdekaan Indonesia dibuktikan dengan eksistensi serta integritas dari para kaum muda, para mahasiswa yang berperan sehingga Indonesia merdeka pada waktunya, bagaimana reformasi berjalan dengan gerilya ’98 oleh the big power dari mahasiswa, sangat dahsyat saja kekuatan pada waktu itu sehingga rezim president tak bisa berkutik, menorah sejarah mahasiswa yang meruntuhkan rezim kekuasaan dan masih banyak lagi cerita-cerita yang mewakilinya. Karna mahasiswa akan terus “bergerak tuntaaskan perubahan” (favorit jargon) /^0^\,.. But jangan hanya melihat dari sisi yang memang sudah membanggakan, tapi tak sedikit kawand, mahasiswa yang hanya numpang nama di universitasnya dalam artian tak ada makna untuk jadi mahasiswa, ada juga tipe mahasiswa yang hedon, sangat-sangat study oriented, bahkan banyak dari kita mahasiswa yang bisa dikatakan jalur, jalur kampus-kost ya like that, ada mahasiswa yang hanya mementingkan organsiasi saja, tipe mahasiswa pengkritik tanpa gerakan, apatis, komentator, males, study oriented, score oriented, aktivis perfectionis, mahasiswa pragmatis, So?? pelajaran keempat “Qta Mahasiswa”  mau ambil #Resiko.
Memang tak ada yang salah dengan semua itu kawand, hanya saja tak terpungkiri bahwa hidup adalah pilihan, tinggal mau jadi apa kita, mau berpikir yang seperti apa, mau untuk berubah seperti apa, proses gimana. Dan pelajaran yang tak hilang adalah tak bisa memungkiri di dalam otak masing-masing qta berbeda, cara pandang, cara perfikir dan tinggal bagaimana qta menghargai mereka, walaupun terkadang merasakan ketidak menghargainya mereka ke kita, atau terlalu “menyebalkan” kritikan mereka, comment mereka. Memang tak ada yang salah dengan style pengusaha, para sosialis, para pendidik, mahasiswa bahkan masih banyak lagi, percaya keragaman saja. Semua ada porsinya. So?? Mau jadi apa diri ini? Karna “perjuangan terlalu indah uuntuk tiidak diperjuangkan”
@ 11.34 PM

2 komentar:

halamannya mbak kiki mengatakan...

kerja keras
kerja ikhlas
kerja cerdas
kerja tuntas
jargon bem fti 2010

Unknown mengatakan...

hahahhahahhah, nunggu comment dari bem,.,
ternyata keluar juga,.,.
belajar dari jargon FTI,

Posting Komentar

Social Icons

Featured Posts