Dreams are renewable. No matter what our age or condition, there are still untapped possibilities within us and new beauty waiting to be born.

-Dale Turner-

Rabu, 28 Maret 2012

Sepetak Harapan Ada Pada Mereka


Tepatnya di Blembeman II, Natah, Nglipar, Gunung Kidul, sebuah pedukuhan diantara bukit-bukit yang membentang dari timur ke barat, sebuah pedukuhan yang damai terasa dan dingin hawanya. Bukit yang terbentang menambah indahnya desa ini, warga yang sangat ramah dan sangat sederhana pembawaannya. Untuk mencapai kawasan ini, butuh sekitar 45 menit sampai 1 jam perjalanan dari kota Yogyakarta, jalan menuju kesini cukup membuat sensasi tersendiri karena jalan yang ditempuh tidak seperti jalan tol akan tetapi naik-turun.

Kita akan merasakan sebuah keramahan yang sangat ketika menyapa orang-orang yang ada disitu, keramahan akan orang jawa masih sangat kental terasa, dengan tata krama dan unggah-ungguh yang hangat dan masih dijunjung tinggi. Kita dibuat terbelai dengan hangatnya pedukuhan ini, apalagi ditambah dengan kumpulan semangat-semangat anak-anak yang ada disini.
Ketika kami membuat program kerja TPA dan Bimbingan belajar, setiap harinya mereka semangat untuk mengikuti dengan antusias dan semangat yang bergelora. Jarang absent dan hujan bukan menjadi halangan bagi mereka, semangat bergelora masih tetap terpancar dari mata yang berbinar penuh harapan. Rasanya begitu menyayangkan apabila dibiarkan begitu saja, dengan gerak langkah mereka menuju masjid disetiap hari membuat masjid menjadi tempat yang menyenangkan untuk menjadi tempat tongkrongan.
TPA masuk ba’da ashar sehabis sholat ashar, tetapi biasanya anak-anak akan datang sebelum jam 3 sore, sepulang sekolah mereka menghabiskan waktu untuk bermain di posko kami, menjelang sore mereka baru pulang untuk makan siang dan  ganti costum untuk TPA, selepas itu kembali ke posko sembari menunggu ashar. TPA kami adakan setiap hari senin-jum’at, dan sisanya kami liburkan, walaupun libur, sabtu dan ahad mereka habiskan di sekitaran Posko ataupun lapangan sekitar Posko.
Kami adalah KKN Reguler Desa sebuah Perguruan Tinggi di Yogyakarta, UAD Universitas Ahmad Dahlan. KKN menjadi sebuah semangat tersendiri bagiku, dan mungkin juga teman-temanku, sebuah aplikasi tentang sebuah pengabdian yang sungguh terasa, terlepas dari kata “Mencari Nilai” atau bahkan memenuhi SKS kampus.
Disini saya belajar bagaimana melihat suatu pemukiman warga yang notabene jauh dari kota dan mengandalkan sawah yang mereka punya, mayoritas pekerjaan warga disini sebagai petani, komoditas tanaman yang dihasilkan berupa kedelai dan jagung, jangan bayangkan hasil pertanian ini dijual mahal, jagung yang kering ketika dijual perkilonya hanyalah 2 ribu perak bahkan bisa Rp. 1.900,00 saja, padahal itu tak sebanding dengan perawatan yang dikerjakan. Menjadi sebuah keuntungan menurut saya, warga yang jauh dari kota menjadikan efek Globalisasi sedikit lambat disini, walaupun tidak memungkiri anak-anak muda tidak lepas dari gaya mudanya.
Cerita lain, menjelang akhir penarikan saya berkesempatan untuk mengunjungi salah satu warga yang rumahnya berada ditengah sawah, jalan yang kami tempuh melewati jalan setapak yang ada disawah-sawah, jangan bayangkan sepeda motor bisa parkir depan rumah, sepeda onthel saja kesulitan nyampe ke halamannya. Ini adalah rumah andrean, anak TPA yang memiliki kelakuan Unik dan suka Road Show dari Dusun satu ke Dusun lain, sehingga tak ayal, anak ini begitu terkenal dan yang paling mudah diingat :D, banyak versi cerita dengan satu keluarga ini, yang pasti mereka adalah warga termiskin se-Desa Natah.
Melihat setiap realitas, rasanya menyayangkan juga terkait dengan pendidikan mereka, banyak diantara remaja SMP-SMA yang langsung Menikah, rata-rata memang seperti itu, kalaulah tak langsung menikah mereka pergi bekerja keluar Desa, Jakarta menjadi pilihan utama mereka, dari hasil investigasi lapangan, mereka bekerja di rumah makan saji ataupun sejenisnya. Selama kami KKN memang sangat jarang bertemu dengan pemuda dan kegiatannya, yah, memang perekonomian menjadi alasan atas urbanisasi yang dilakukan.
Anak-anak disini sebenarnya memiliki intelektual yang tidak kalah dengan anak kota, bahkan mereka mengantongi semangat untuk belajar, ya memang kurang “Dipoles” saja. Akan tetapi berharap harapan yang mereka inginkan dengan deklamasi cita-cita menjadi sebuah energy yang tetap mengalir dalam diri mereka, dengan mimpi-mimpi yang akan mereka torehkan, bukan mimpi para pendahulu mereka akan tetapi mimpi masa depan mereka. Kunjungan awal, bahkan ada salah satu nenek mereka yang bercerita dengan ku ketika menyebarkan pamflet kesehatan, saking lamanya bahkan teman-teman KKN ku mencari-cari keberadaannku, apa yang dicurhatkan si nenek itu? Dia bercerita tentang satu cucunya yang akan tetap melanjutkan sekolah tidak seperti kakak-kakaknya yang sedari SMP sudah pada menikah, dia punya harapan untuk membahagiakan orangtua dan neneknya, membangun rumah yang lebih baik, sebuah mimpi dari anak SD.
Banyak pelajaran yang kami ambil, harapan ada pada mereka, anak-anak Blembeman II yang begitu menakjubkan dengan semangat dan keunikannya, menjadi lebih baik adalah sebuah pilihan, harapan adalah tanda semangat akan realita, semoga kalian menjadi garda perbaikan di Kampung kalian J, moga berkesempatan untuk tetap saling mengunjungi dan saling mentransfer semangat pada mereka.

Transmitter (Kamis,  29 Maret 2012 #Menanti SemProp)



0 komentar:

Posting Komentar

Social Icons

Featured Posts